Daur Ulang Sampah Anorgani


Sampah anorganik (kemasan plastik) tidak dapat terdegradasi secara alami. Dengan kreativitas, sampah ini bisa didaur ulang untuk beragam kebutuhan. Seperti yang dimanfaatkan oleh Yayasan Peduli Pemulung (Yapem) Makassar, sampah dari bahan kemasan plastik yang diambil dari Tempat Pembungan Akhir (TPA) Sampah ini didaur ulang menjadi kerajinan seperti tas, dompet, cover meja, tempat tisu, dll.
Ummah Daeng Ne’nang (48), pemilik usaha daur ulang yang didirikan dari tahun 2005,
telah mempekerjakan 20 orang dari istri pemulung membuat Usaha Kecil Menegah (UKM) kerajinan dari bahan sampah plastik.
Pada awalnya Ummah membuat tas sekolah dan tas jinjing yang dijual seharga Rp 40.000 per buah. Dalam sebulan ia berhasil menjual sedikitnya 50 tas. Hal itu berkat kegigihan Ummah berkeliling instansi pemerintah ataupun permukiman untuk menawarkan tas buatannya. Kala itu, omzet yang berhasil diraih Ummah mencapai Rp 1,5 juta-Rp 2 juta per bulan.
Tiga bulan kemudian penjualan tas sempat menurun. Ummah pun mendapat masukan untuk memperbanyak model tas yang dibuat. Salah seorang temannya sempat memberikan hadiah buku berjudul From Trash to Trashion; 25 Kreasi Limbah Plastik (2009) karya Herianti untuk memperkaya wawasan dan kreasi Ummah.
Buku tersebut ternyata menginspirasi Ummah untuk membuat beragam jenis produk dari sampah plastik, seperti tas laptop, tas bepergian (travel bag), tas kerja (untuk map dan arsip), jas hujan (untuk anak-anak dan dewasa), celemek (pelindung tubuh saat memasak), dan dompet. Produk tersebut dijual mulai dari Rp 20.000 hingga Rp 100.000 per buah.
Kiprah Ummah di bidang usaha akhirnya mendapatkan kepercayaan. Baru-baru ini ia memperoleh pinjaman modal usaha Rp 20 juta. Dana tersebut rencananya akan digunakan Ummah untuk memperkuat kegiatan usaha mengingat hingga kini produknya belum memiliki pangsa pasar yang jelas dan pasti.

0 komentar:

Posting Komentar